Adakah Atasan Kerja Toxic?

 
Atasan Kerja Toxic?

Semua orang di dunia ini perlu untuk bekerja. Selain dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, bekerja dilakukan untuk aktualisasi diri setelah sekian lama menempuh pendidikan di perguruan tinggi misalnya. Saya pribadi jika disuruh memilih antara bekerja atau harus berdiam diri di rumah, maka akan saya jawab lebih memilih bekerja di rumah.

Entah mengapa, saya merasa bosan ketika di rumah saja walau banyak yang harus dikerjakan. Ketika cuti bersama hari raya Idul Fitri saja, saya merasa bosan harus melakukan kegiatan apa selama di rumah saja. 

Ketika bekerja, kita pasti bertemu dengan pimpinan kerja maupun partner kerja. Tidak hanya bertemu satu atau dua orang, kita bahkan bisa bertemu puluhan bahkan ratusan orang ketika di tempat kerja. Wajar memang, karena itulah risiko bekerja di sebuah perusahaan. 

Dalam bekerja, tentu sebagai karyawan kita harus melakukan pelaporan atas hasil kerja kita ke pimpinan. Mereka yang berstatus pimpinan di perusahaan bertanggung jawab atas kelancaran kerja perusahaan, agar perusahaan dapat meraih profit yang setinggi-tingginya.

Manusia tidak pernah memiliki karakter yang sama satu dengan lainnya, begitu pun dengan atasan kerja Anda. Ada atasan kerja yang baik dan mau bekerja sama, namun ada juga atasan kerja yang cenderung diktator dan ujung-ujungnya toxic kepada seluruh karyawannya.

Tentu kalau boleh memilih, kita ingin punya pimpinan kerja yang baik dan bisa berbaur dengan para anak buah. Namun kita tak dapat memilih di perusahaan mana kita diterima sebagai karyawan. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha beradaptasi dengan pimpinan kerja. Caranya ya dengan bekerja sebaik mungkin tanpa perlu menjilat atau cari muka, hahaha.

Bagaimana Ciri-Ciri Atasan Kerja Toxic?


1. Tidak Mau Mendengar Usul Dari Para Karyawan

Terkadang kita sebagai karyawan ingin memberikan usul untuk perkembangan perusahaan. Tentu saja kita melakukannya karena perusahaan sudah memberikan tempat bernaung bagi kita untuk mencari nafkah. Wajar kok kalau kita ingin memberikan usul bagi kemajuan perusahaan.

Yang tidak wajar manakala pimpinan yang mendengar usul kita sebagai anak buah, tidak mau menerima sama sekali usul ataupun saran malah justru mengkritik balik. Sedih sih, karena tentu ketika kita memberi saran demi kebaikan perusahaan itu melalui proses yang panjang dan pemikiran yang matang.

Mau bagaimana lagi, kita sebagai karyawan harus legowo apabila pimpinan perusahaan tidak mau menerima usul dari kita. Jangan seperti teman sekantor saya, dimana dia akan marah ketika saya tidak menerima dan melaksanakan usulan dari dia, hahaha. Semoga kamu sukses di masa depan ya, anak muda dengan kacamata kelahiran 1993.

2. Anti Terhadap Kritik

Pimpnan yang sudah tidak mau menerima usulan dari bawahannya, sudah gitu anti juga terhadap kritik dari orang lain, tentu akan berbahaya bagi kondisi perusahaan itu sendiri. Sejatinya kita hidup harus legowo terhadap kritik dan saran  orang lain. Asalkan demi kebaikan ya, tidak ada unsur julidnya. Kalau sudah julid lalu dijadikan pembenaran mengkritik orang lain, ini jelas keliru.



3. Cenderung Otoriter

Pimpinan kerja yang otoriter adalah pemimpin yang selalu ingin segala tindakannya harus dilakukan oleh seluruh anak buah, walaupun berdampak kurang baik. Contoh sederhana saja, pimpinan perusahaan menyuruh para anak buah untuk melakukan meeting sampai lembur malam, dan itu wajib karena sudah akhir bulan sementara target belum perusahaan belum tercapai. Namun pimpinan perusahaan tidak melihat kondisi masing-masing karyawan dan kendala yang mereka miliki, misalnya saja jarak rumah yang jauh, karyawan perempuan yang memiliki anak di rumah, dan lain sebagainya.

Memiliki pemimpin kerja yang toxic tentu akan menimbulkan rasa tidak nyaman di kantor, sehingga turn over karyawan pun menjadi tinggi.

Maria Tanjung
Maria Tanjung Jika ingin bekerja sama di blog ini, Anda dapat menghubungi saya di titikterang751@gmail.com Terima kasih

Posting Komentar untuk "Adakah Atasan Kerja Toxic?"