Punya Tetangga Julid? Begini Cara Menghadapinya
Sebagai manusia tentu kita berperan sebagai makhluk sosial juga. Makhluk sosial merupakan makhluk yang tak bisa hidup tanpa bantuan dari pihak lainnya. Namanya hidup tentu ada ketergantungan dengan pihak lainnya donk. Dari bayi saja kita sudah tergantung pada Ibu yang selalu telaten menyusui dan merawat kita.
Hidup bermasyarakat tentunya selalu bersinggungan dengan orang lain. Baik itu di pekerjaan maupun hidup bertetangga. Kalau kita sedang kesusahan, maka siapa yang akan membantu kalau bukan tetangga. Maka dari itu memang seharunya kita memuliakan tetangga yang hidup berdampingan selama ini.
Dalam agama yang saya anut yaitu Islam juga ada dalil yang menyuruh kita sebagai umat Muslim untuk memuliakan tetangga. Seperti yang tercantum dalam Surat An Nisa ayat 56 yaitu:
Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri
Saya teringat peristiwa 22 tahun lalu dimana Bapak saya meninggal dunia dan keluarga kami baru saja pindah dari kota Balikpapan ke Surabaya. Walau masih terbilang penduduk baru namun masha Allah para tetangga sangat sigap sekali membantu kami sekeluarga dalam mengurus semua hal yang berkaitan dengan wafatnya almarhum Bapak.
Memiliki tetangga yang peduli dengan kita merupakan harga berharga menurut saya. Karena saya yakin tidak semua tetangga akan peduli pada kita, baik di saat senang apalagi susah. Bahkan ada juga lho tetangga yang sukanya nyinyir atau julid atas pencapaian yang kita dapat. Sumpeh? Yuk simak cerita saya
Tengga Julid: Cobaan yang Harus Bijak Kita Sikapi
Di kantor saya ada seorang ART atau asisten rumah tangga. Sebut saja namanya Mbok Yem. Mbok Yem kebetulan kost di salah satu perkampungan di daerah Semolowaru, Surabaya. Namanya juga pendatang yang hanya mencari nafkah di Surabaya hingga Mbok Yem merasa tidak perlu mengontrak sebuah rumah namun cukup kost di sepetak kamar saja.
Suatu ketika Mbok Yem curhat kepada saya bahwa ada seorang ibu yang juga tetangga kostnya yang julid kepadanya. Si Ibu tetangga kost tersebut sering mencemooh sepeda motor butut yang selalu dikendarai oleh anak Mbok Yem yang kebetulan seorang pekerja pabrik.
Mbok Yem merasa sakit hati karena dia merasa motor butut itu selalu setia menemani anaknya bekerja serta dia membelikannya untuk putra tercinta dan tidak mengemis pada orang lain. Saya pun tidak bisa memberi solusi karena bagi saya menjadi teman setia yang mendengar curhat Mbok Yem sudah melegakan hatinya.
Itu baru contoh satu tetangga kost yang julid lho! Bagaimana jika ada lebih dari 3 tetangga di perumahan atau di perkampungan yang julid? Bisa tambah stress Mbok Yem. Apalagi jika saya yang menjadi sasaran julidnya para tetangga, wkwkwk. Hal ini dikarenakan saya termasuk tipe pribadi yang emosional.
Menurut saya, menyikapi tetangga yang julid itu tidak perlu dengan emosi yang berlebihan. Beberapa hal yang semestinya Anda perhatikan antara lain:
- Tetap bersikap baik pada tetangga yang julid apabila berpapasan.
- Tidak melakukan komunikasi intens dengan tetangga yang julid.
- Jika dirasa sudah keterlaluan, Anda bisa kok bersikap tegas pada tetangga yang selalu kepo pada kehidupan orang lain.
Mungkin saya pribadi termasuk tipe individu yang cukup keraa dalam bersikap pada lingkungan yang julid. Walau tetangga yang julid ngakunya peduli, tapi bagi saya sikap mereka hanyalah kepo semata.
Sangat disayangkan jika ada tetangga yang selalu mencampiri urusan orang lain. Seharusnya tetangga seperti ini lebih bijak menilai orang lain dan bercermin apakah dirinya sudah benar dalam bersikap.
Posting Komentar untuk "Punya Tetangga Julid? Begini Cara Menghadapinya"