Zona Waktu Setiap Orang yang Berbeda
Jadi ceritanya saya tersentil dengan beberapa status di media sosial yang kurang lebih isinya begini, "Siapa di sini yang ketika SD, SMP atau SMA selalu berprestasi di sekolah namun ketika dewasa justru menjadi orang yang biasa-biasa saja".
Kok ungkapan di atas itu relate banget dengan kehidupan saya. Di saat SMA saya termasuk yang meraih DANEM tertinggi di sekolah. Kalau yang tahu istilah DANEM, pasti kita seumuran deh, hahaha.
Namun ketika kuliah dan bekerja, saya merasa pekerjaan yang saya lakoni kok biasa saja. Saya tidak bekerja di perusahaan bonafide, walau tetap bersyukur sih. Eh kok ada "sih"-nya, artinya saya belum bersyukur banget donk, hahaha.
Ketika menginjak di perguruan tinggi, justru insecure datang. Hal ini dikarenakan nilai akademis di kampus ternyata tak seindah ketika masih di SMA. Tulisan ini sebenarnya hanya ingin mengenang masa-masa menempuh pendidikan saja sih, sekaligus ajang instrospeksi bagi saya bahwa zona waktu setiap orang itu tidaklah sama.
Zona waktu yang akan saya bahas kali ini adalah berkaitan dengan nasib seseorang yang mungkin ketika dewasa tidak secemerlang nilai akademis ketika sekolah.
Dulu saya tidak tahu apa itu istilah insecure, sampai kemudian di zaman sekarang istilah itu begitu sering digaungkan. Insecure sendiri memiliki pengertian sebagai suatu kondisi yang dialami seorang manusia dimana timbul perasaan tidak aman, tidak nyaman yang berkembang menjadi rasa tak percaya diri.
Insecure terhadap zona waktu diri sendiri yang dianggap tidak sesukses orang lain adalah hal yang manusiawi. Namun jangan jadikan hal tersebut sebagai kendala bagi diri kita untuk bertumbuh serta berkembang menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Mengapa Zona Waktu Setiap Individu Berbeda
Kalau penasaran mengapa zona waktumu berbeda dengan orang, mungkin bisa dianalisa sendiri sih. Kalau saya sih tidak mau terlalu memusingkan sesuatu yang di luar kemampuan kita. Sebab kalau pikiran saya hanya berkutat dengan pertanyaan "mengapa saya tidak sesukses teman-teman lainnya", bisa jadi hidup saya akan jalan di tempat, hanya meratapi nasib.
Sementara life must go on dan masih banyak yang harus kita lakukan demi bertahan melanjutkan hidup yang terlalu berharga jika hanya dipusingkan oleh rasa insecure terhadap zona waktu yang berbeda.
Bailah, kalau kamu masih penasaran juga kenapa zona waktu atau pencapaianmu berbeda dengan teman-teman, bisa jadi karena hal berikut:
- Kurang Bersyukur
Karena terlalu sering meratapi diri sendiri yang tidak seberuntung orang lain, akhirnya kamu hanya terpaku pada satu hal, dan melupakan hal lain. Padahal masih banyak potensi dalam dirimu yang masih bisa berkembang. Rasa tidak bersyukur ini yang kemudian menghamabt kamu untuk berusaha menjadi lebih baik lagi.
Ketika saya memutuskan menekuni dunia blog, ada rasa menyesal daam diri ini. Mengapa tidak dari dulu saya ngeblog, mengapa justru saya banyak membuang waktu melakukan hal tak berguna. Lalu kemudian saya sadar, bahwa memang mungkin inilah jalan yang Tuhan berikan untuk saya.
Tidak ada kata terlambat, walau usia saya tak muda lagi namun saya masih semangat untuk memulai suatu hal baru. Sekarang boleh donk saya bangga pada diri sendiri dengan menyebut blogger sebagai profesi, selain seorang karyawan swasta.
- Kurang Berusaha
Karena saya seorang Muslim, maka pegangan saya adalah ayat Al Qur'an yaitu Surat Ar-Ra'd ayat 11 yang berbunyi:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri"
Bisa jadi nasib kita yang stagnan dan mungkin tak seberuntung teman-teman yang lain, itu disebabkan oleh perilaku kita sendiri. Kita yang malas, suka menunda pekerjaan dan segala excuse lainnya yang tidak pernah berhenti untuk diucapkan.
Jadi, ada baiknya apabila kita berikhtiar terlebih dahulu untuk menggapai semua mimpi dalam hidup ini. Apabila memang ternyata ikhtiar kita hanya menghasilkan sedikit saja, maka jangan sesali, karena bisa jadi memang hal itu yang terbaik untuk kita.
Penutup
Kita memang wajib berikhtiar untuk bisa mencapai cita-cita. Namun ketika cita-cita yang kita idam-idamkan tidak tercapai apakah harus marah dan emosi yang berlebihan? Tentu tidak donk. Hal ini dikarenakan kembali kepada takdir ilahi yang telah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Maka dari itu, jika ada yang mempertanyakan kepada dirimu, mengapa tidak secemerlang ketika duduk di bangku sekolah, ada baiknya baca buku yang telah direview oleh Mbak Dian Restu Agustina yang berjudul Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat.
Setiap manusia memiliki zona waktu yang berbeda-beda, dan itu tidak didasarkan pada prestasi sejak masih kecil. Coba lihat, Donald Trumph baru menjabat sebagai presiden Amerika Serikat pada usia 70 tahun, namun di sisi lain kita bisa melihat karir cemerlang seorang Belva Devara sebagai CEO Ruangguru di usia belum genap 30 tahun.
Jadi bukan karena kita tidak beruntung, tidak seperti teman-teman sekolah lainnya yang mungkin lebih sukses. Namun memang kembali lagi bahwa takdir hidup kita sudah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Aku juga merasa mak jleb sama postingan: dulu berprestasi tapi kini....huhuhu karena aku pun begitu dari SD sampai kuliah nyaris selalu juara umum dan lulusan terbaik, eh ternyata 'cuma' jadi IRT . Tapi setuju setiap kita punya zona waktu, jadi syukuri apapun pencapaian itu)
BalasHapusUlasan yang menarik Mba Maria, yuk smangat kita!